B. Sejarah Singkat dan Garis Besar Ajaran Taoisme
B. Sejarah Singkat dan Garis Besar Ajaran Taoisme Taoisme merupakan salah satu ajaran falsafah yang mengenai moral dan hubungan antara manusia dengan alam persekitaran. Taoisme dikenali sebagai Daoisme dan ajaran Daoisme ini banyak mempengaruhi kehidupan dalam kalangan masyarakat cina. Daoisme berasal dari negara China dan tertumpu kepada konsep Dao. Daoisme juga dikenali sebagai jalan kerana dalam bahasa cina, Dao bermaksud jalan. Dao membawa maksud kekosongan dalam segala perkara, iaitu pegangan hidup terhadap Dao dapat menyingkir segala keinginan dan pertikaian. Daoisme diasaskan oleh dua tokoh falsafah yang agung iaitu Lao Zi pada 604 SM- 470 SM dan Zhuang Zi pada 369 SM- 286 SM. [3] Taoisme terdiri daripada dua cabang yang utama, iaitu Falsafah Dao dan Agama Da. Taoisme diprakarsai oleh Lao Tze (Laozi) atau dikenali sebagai guru tua yang lahir pada tahun 604 S. M di Tiongkok. [4] Dikatakan bahwa ia berada dalam perut ibunya selama 82 tahun dan dilahirkan dalam keadaan sudah tua. Nama aslinya Li Peh Yang, sedangkan Lao Tze merupakan gelarnya sebagai orang tua yang bijaksana. Lao Tze (Laozi) memprakarsai Daoisme, sejak akhir Zaman Chunqiu yang hidup pada 604-517 sM atau abad ke-6 sebelum Masehi. [5] Taoisme merupakan ajaran Laozi yang berdasarkan Daode Jing (mandarin: Dà odé Jī ng). Pengikut Laozi yang terkenal adalah Zhuangzi yang merupakan tokoh penulis kitab yang berjudul Zhuangzi. Taoisme adalah sebuah aliran filsafat yang berasal dari Cina. Taoisme sudah berumur ribuan tahun, dan akar-akar pemikirannya telah ada sebelum masa Konfusiusme. Hal ini dapat disebut sebagai tahap awal dari Taoisme. Bentuk Taoisme yang lebih sistematis dan berupa aliran filsafat muncul kira-kira 3 abad SM. Selain aliran filsafat, Taoisme juga muncul dalam bentuk agama rakyat, yang mulai berkembang 2 abad setelah perkembangan filsafat Taoisme. Dikatakan bahwa Lao Tze (Laozi) hidup hampir dua ratus tahun dan ajaran-ajarannya telah dikumpulkan di dalam sebuah kitab besar yang diberi tajuk I-Ching. Adapun ajaran-ajarannya secara garis besar adalah sebagai berikut: [6] • Menekankan unsur-unsur primitif untuk mencapai kehidupan yang abadi. Penganut Taoisme perlu bertapa di gua-gua dan gunung-gunung untuk menghapuskan dosa. • Antimaterialisme yaitu penganut diajak meninggalkan hal-hal duniawi supaya mendapatkan tempat yang baik pada hari akhirat. • Banyak menggunakan pendekatan batin untuk mewujudkan perpaduan masyarakat. Setiap manusia mempunyai satu bentuk tenaga di dalam jiwanya. Tenaga itu hanya boleh dibangkitkan melalui amalan yoga dan meditasi apabila seseorang bisa mengosongkan pikirannya. · Wei-wu-wei (inaction): rahasia suatu perbuatan adalah jangan berbuat apa-apa. Wei berarti to do atau to act, Eu member arti negatif. Artinya, Wu-Wei mengajarkan subyek untuk berbuat tanpa berbuat, atau berjalan saja sesuai dengan alam tanpa perlu berusaha untuk merubah/memanipulasi apalagi mengeksploitir; mengikuti alama sebagaimana alam berkembang dan berevolusi tanpa melakukan suatu aksi di dalam dirinya. Kuasa atau perubahan yang disengaja hanya akan memperoleh lawan atau resistansi.
· Te (kuasa moral atau kebajikan), yang merupakan hasil praktik Wu-Wei dan merupakan prinsip harmoni terdalam, yaitu prinsip mikrokosmik dari keteraturan dan harmoni. Te disebut juga keadaan pencerahan, yang mana berhubungan erat dengan kesesuaian individu dengan Tao (sesuatu yang absolut, tidak bisa disebutkan). Taoisme lahir dalam kebudayaan-kebudayaan yang kurang berminat mengontrol dunia di mana gagasan dominasi alam semesta oleh manusia (ego yang sadar) dianggap absurd. Prinsip utama filsafat barat adalah pemisahan ego dengan dunia sehingga ego dapat menjadi pengontrol dunia. Kesadaran individual tidak tersusun dengan sendirinya dan tak pernah menjadi penduan kehidupan. Bagi filsafat timur pengetahuan bukanlah kontrol melainkan “sensasi” perwujudan yang hidup bahwa “aku” bukan kesadaran terindividualisasi semata, melainkan rahim tempat kesadaran itu. C. Analisis Fenomena Eksploitasi Alam dalam Perspektif Taoisme Sebagaimana deskripsi singkat kasus yang telah penulis jabarkan dalam pengantar, terang jelas bahwa posisi manusia dalam konteks ini adalah pihak penambang kapur yang dengan hasratnya untuk menghasilkan keuntungan dan orientasi pada keuntungan, mengeksploitasi bukit kapur hingga menyebabkan bencana alam. Lantas, eksploitasi yang berlebihan terhadap alam yang dilakukan oleh manusia sejatinya tidak selaras dalam perpektif atau kacamata taoisme, secar khusus ajarannya mengenai Wu-Wei (inaction). Lantas, agar kajian dan pembahasan lebih komprehensif (mendalam), penulis memfokuskan analisis kasus/masalah dalam sudut pandang ajaran Wu-Wei dan Te dalam Taoisme.
Воспользуйтесь поиском по сайту: ©2015 - 2024 megalektsii.ru Все авторские права принадлежат авторам лекционных материалов. Обратная связь с нами...
|