Главная | Обратная связь | Поможем написать вашу работу!
МегаЛекции

C.2 Pandangan Wu-Wei perihal Sikap Manusia Terhadap Alam




C. 2 Pandangan Wu-Wei perihal Sikap Manusia Terhadap Alam

       Menurut pandangan Taoisme, hidup manusia sudah digariskan oleh ‘langit’. Manusia sudah memiliki jalannya masing-masing. Yang harus dilakukan manusia hanya meneliti jalan itu dan mengikuti jejak itu tanpa coba memaksakan pandangannya yang sempit, serta tanpa kehendak ingin menyelewangkan diri dari yang alamiah demi keuntungan pribadi, dalam konteks ini adalah keinginan manusia untuk terus menerus berorientasi pada keuntungan dan mengabaikan keharmonisan dan kelesatarian alam. Sikap semacam itulah yang disebut dengan Wu Wei, yang artinya tidak mencampuri. [12] Wu-wei dapat juga diartikan ‘tidak berkeinginan’. Manusia dalam pandangan Taoisme, harus menghilangkan keinginannya, dan mengikuti jalannya proses alam tanpa mencampuri proses itu. Dalam hal ini, manusia (penambang kapur), terang mempunyai keinginan mendalam untuk mendapatkan keuntungan luar biasa dari alam. Hal itu terlihat dari keinginan untuk mengambil tanpa member. Artinya, kehendak dan tindakan untuk mengeksploitasi tanpa memberikan re-konservasi dan membatasi diri untuk mengambil secukupnya.

       Menurut Taoisme, apabila manusia menjadi sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita. Lantas, dalam fenomena eksploitasi alam, dapat dikatakan bahwa manusia bersifat arogan akan realita (alam) yang berada di luar dirinya. Manusia menganggap alam sebagai obyek yang mampu “dikuras” demi keuntungan pribadinya. Manusia tidak mengenal hukum alam bahkan posisi dirinya sendiri terhadap alam. Karena itu menurut Tao, manusia bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. [13] Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya. Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin. Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut. Apabila harta dibuang namun masih ada kemelekatan terhadapa harta tersebut, maka sia-sia saja. Karena itu buanglah kemelekatan terhadap harta dari diri manusia, dan harta benda harus digunakan untuk kepentingan sosial. Dengan demikian manusia tidak akan merasakan penderitaan akibat kehilangan harta. Seperti tertulis dalam Daode Ching Bab 2 ayat 11b: “…Oleh karena tidak mempunyai apa-apa, maka dia tidak pernah kehilangan apa-apa. ”[14] Memang bila hendak ditelaah lebih dalam, dalam fenomena eksploitasi alam, pihak subyek (eksploitir) adalah mereka yang terus menerus mengejar keuntungan karena kemelekatan dirinya dengan harta benda dunia. Sikap kemelekatan berarti ketergantungan dan tidak lepas bebas. Hal ini bisa juga disebabkan karena ketakutannya akan penderitaan bahkan kematian dan orientasi untuk terus menerus mengejar kesenangan dengan prinsip “terus mempunyai” sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan pelbagai cara bahkan jika harus dengan menegasi kelestarian alam. Padahal manusia yang baik adalah yang mampu mengikuti jalannya alam semesta sesuai dengan Dao. Jika manusia telah berhasil mengikuti jalan Dao, maka ia tidak perlu takut akan kematian. [15] Kematian adalah sebuah proses alam dan manusia tidak dapat melawan alam, oleh karena itu manusia tidak perlu taku atau cemas terhadap kematian. Kematian hanya mengembalikan manusia kepada Dao, sang absolut dalam kehidupan.

C. 3 Etika Taoisme antara Manusia dan Alam.

       Dalam menjalani kehidupan yang ada, manusia mengarah pada kehidupan yang alamiah tanpa adanya proses ikut campur. Kehidupan yang alami inilah yang menjadi suatu kebajikan dasar yang memicu munculnya tiga buah kebajikan lain yang menuntun manusia dalam kehidupannya, yaitu lemah lembut, rendah hati, dan menyangkal diri. [16] Kelemah-lembutan merupakan teman dari kehidupan, sebaliknya, kekerasan dan kekakuan adalah teman dari kematian. Artinya, kelemahlembutan membuat manusia memandang alam layaknya sahabat bahkan lebih intim lagi, yaitu bagian dari kehidupan dan dirinya. Rendah hati adalah sikap mampu membatasi diri dengan berbuat seperlunya saja. Di dalam kitab Daode Ching dikatakan, “Tidak ada kutuk yang lebih besar daripada merasa kurang puas. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada selalu ingin memiliki. ” Oleh karena itu, terang jelas apabila manusia mempunyai hasrat untuk selalu memiliki dan lekat akan sesuatu tanpa bisa membatasi diri, maka dirinya akan terjebak dalam keserakahan dan ketidakmampuan melihat alam sebagai bagian dari dirinya.

       Kemudian, yang terakhir adalah sikap menyangkal diri adalah sikap menganggap diri dan hidup manusia hanyalah sebagai pinjaman dari alam semesta kepada manusia. Oleh karena itu, manusia yang bijaksana dan menginginkan hidup tenang dan tenteram akan mempercayakan seluruh hidupnya kepada Dao atau alam semesta, tanpa mempunyai tendensi atau keinginan untuk menguasai, memiliki, apalagi mengeksploitasi.

Поделиться:





Воспользуйтесь поиском по сайту:



©2015 - 2024 megalektsii.ru Все авторские права принадлежат авторам лекционных материалов. Обратная связь с нами...